Pangkalan Bun - Dua tahun lalu, dengan segala drama di dalam dan luar lapangan, Stadion Nasional Bukit Jalil menghadirkan mimpi buruk buat Indonesia. Kekalahan mengejutkan 0-3 jadi awal dari berlanjutnya hampa gelar 'Skuat Garuda'.
Setelah tiga kesempatan sebelumnya masuk final tapi gagal jadi juara, tahun 2010 menyimpan harapan tinggi buat Indonesia untuk akhirnya bisa membawa trofi Piala AFF ke tanah air. Bambang Pamungkas dkk. ketika itu memang tampil sangat baik, mereka meraih hasil 100% kemenangan sedari fase grup hingga semifinal. Selisih gol yang dipunya skuat besutan Alfred Riedl ketika itu juga fantastis, 15:2.
Maka lawatan ke Malaysia untuk menjalani leg pertama babak final pun disambut dengan antusiasme dan kepercayaan diri tinggi. Apalagi di fase grup Indonesia memetik kemenangan mutlak 5-1 atas lawan yang sama.
Publik, dan media, menjadi sangat tergila-gila dengan Christian Gonzales, Irfan Bachdim, Okto Maniani dan tentunya Firman Utina serta M.Ridwan. Mereka percaya kalau bintang-bintang yang mengilap terang selama berlaga di GBK itu bakal bisa membawa pulang hasil bagus dari kunjungan ke Malaysia.
Lalu tibalah hari itu, Minggu 26 Desember 2010, di Stadion Nasional Bukit Jalil. Ratusan suporter Indonesia yang berangkat ke Malaysia berhasil memerahkan sebagian tribun stadion berkapasitas 110.000 tempat duduk itu. Seperti saat di GBK, dukungan suporter Indonesia tak surut oleh intimidasi yang diberikan puluhan ribu pendukung tuan rumah. Yel-yel dukungan terus diberikan pada Bepe cs.
Saat laga dimulai, intimidasi yang dilakukan fans tuan rumah tak cuma berupa teriakan-teriakan. Berikutnya muncul lah insiden -- yang kemudian dijadikan kambing hitam sebagai salah satu penyebab utama kekalahan Indonesia -- saat sinar-sinar laser mengarah ke kiper Markus Horison. Penjaga gawang berkepala plontos itu sempat mengajukan protes pada wasit, namun itu jelas tak membuat 'serangan' padanya berkurang, apalagi hilang.
Setelah bermain 0-0 di babak pertama, insiden sinar laser kembali terjadi di awal babak kedua. Ini membuat pertandingan sempat dihentikan, karena sebelumnya diumumkan kalau aksi menembak sinar laser akan membuat laga sepenuhnya disetop.
Keputusan menghentikan pertandingan sementara dapat protes dari kubu tuan rumah, wasit pun melanjutkan laga setelah sempat terjadi negosiasi selama lima menit. Entah lengah karena aksi sinar laser tersebut atau memang Malaysia melihat celah di barisan belakang Indonesia, gawang Indonesia dijebol Mohd Safee Sali sekitar satu menit setelah restart.
Indonesia kemudian tak mampu bangkit untuk membalas gol tersebut. Sebaliknya, Mohd Ashaari Shamsuddin dan Safee Sali malah menambah keunggulan tuan rumah. Saat wasit meniup peluit tanda laga usai, skor akhir menunjuk angka 3-0. Indonesia kalah. Kemenangan 2-1 yang diraih saat gantian berlaga di Senayan tak cukup buat Indonesia meraih trofi Piala AFF pertamanya.
Ada banyak cerita dan rumor yang kemudian muncul setelah pertandingan tersebut. Soal serangan laser fans Malaysia adalah salah satunya, yang lain menyebut ada 'campur tangan' pihak luar yang punya peran besar dalam penentuan hasil akhir pertandingan. Sampai kini semua rumor-rumor tersebut jadi kabar yang tak terkonfirmasi.
Dan hampir dua tahun setelah pertandingan tersebut, Indonesia akan menghadapi Malaysia di tempat yang sama. Levelnya tak setinggi 2010 di mana kedua tim berhadapan di partai final, tapi tetap saja pertandingan dua negara serumpun ini akan berjalan sengit dan panas, Sabtu (1/12/2012) lusa.
Laga terakhir di Grup B ini juga punya nilai hidup-mati buat kedua tim. Malaysia wajib menang untuk bisa lolos ke semifinal, sementara Indonesia cukup main imbang untuk mengamankan tiket empat besar. Dengan beberapa kondisi berupa selisih gol, kekalahan malah bisa tetap meloloskan tim besutan Nil Maizar.
Tapi imbang, apalagi kalah, jelas bukan pilihan. Ini adalah pertandingan penuh gengsi. Kemenangan perlu didapat untuk memastikan kelolosan. Tiga poin harus diraih untuk membalas apa yang terjadi di Bukit Jalil dua tahun lalu.
Setelah tiga kesempatan sebelumnya masuk final tapi gagal jadi juara, tahun 2010 menyimpan harapan tinggi buat Indonesia untuk akhirnya bisa membawa trofi Piala AFF ke tanah air. Bambang Pamungkas dkk. ketika itu memang tampil sangat baik, mereka meraih hasil 100% kemenangan sedari fase grup hingga semifinal. Selisih gol yang dipunya skuat besutan Alfred Riedl ketika itu juga fantastis, 15:2.
Maka lawatan ke Malaysia untuk menjalani leg pertama babak final pun disambut dengan antusiasme dan kepercayaan diri tinggi. Apalagi di fase grup Indonesia memetik kemenangan mutlak 5-1 atas lawan yang sama.
Publik, dan media, menjadi sangat tergila-gila dengan Christian Gonzales, Irfan Bachdim, Okto Maniani dan tentunya Firman Utina serta M.Ridwan. Mereka percaya kalau bintang-bintang yang mengilap terang selama berlaga di GBK itu bakal bisa membawa pulang hasil bagus dari kunjungan ke Malaysia.
Lalu tibalah hari itu, Minggu 26 Desember 2010, di Stadion Nasional Bukit Jalil. Ratusan suporter Indonesia yang berangkat ke Malaysia berhasil memerahkan sebagian tribun stadion berkapasitas 110.000 tempat duduk itu. Seperti saat di GBK, dukungan suporter Indonesia tak surut oleh intimidasi yang diberikan puluhan ribu pendukung tuan rumah. Yel-yel dukungan terus diberikan pada Bepe cs.
Saat laga dimulai, intimidasi yang dilakukan fans tuan rumah tak cuma berupa teriakan-teriakan. Berikutnya muncul lah insiden -- yang kemudian dijadikan kambing hitam sebagai salah satu penyebab utama kekalahan Indonesia -- saat sinar-sinar laser mengarah ke kiper Markus Horison. Penjaga gawang berkepala plontos itu sempat mengajukan protes pada wasit, namun itu jelas tak membuat 'serangan' padanya berkurang, apalagi hilang.
Setelah bermain 0-0 di babak pertama, insiden sinar laser kembali terjadi di awal babak kedua. Ini membuat pertandingan sempat dihentikan, karena sebelumnya diumumkan kalau aksi menembak sinar laser akan membuat laga sepenuhnya disetop.
Keputusan menghentikan pertandingan sementara dapat protes dari kubu tuan rumah, wasit pun melanjutkan laga setelah sempat terjadi negosiasi selama lima menit. Entah lengah karena aksi sinar laser tersebut atau memang Malaysia melihat celah di barisan belakang Indonesia, gawang Indonesia dijebol Mohd Safee Sali sekitar satu menit setelah restart.
Indonesia kemudian tak mampu bangkit untuk membalas gol tersebut. Sebaliknya, Mohd Ashaari Shamsuddin dan Safee Sali malah menambah keunggulan tuan rumah. Saat wasit meniup peluit tanda laga usai, skor akhir menunjuk angka 3-0. Indonesia kalah. Kemenangan 2-1 yang diraih saat gantian berlaga di Senayan tak cukup buat Indonesia meraih trofi Piala AFF pertamanya.
Ada banyak cerita dan rumor yang kemudian muncul setelah pertandingan tersebut. Soal serangan laser fans Malaysia adalah salah satunya, yang lain menyebut ada 'campur tangan' pihak luar yang punya peran besar dalam penentuan hasil akhir pertandingan. Sampai kini semua rumor-rumor tersebut jadi kabar yang tak terkonfirmasi.
Dan hampir dua tahun setelah pertandingan tersebut, Indonesia akan menghadapi Malaysia di tempat yang sama. Levelnya tak setinggi 2010 di mana kedua tim berhadapan di partai final, tapi tetap saja pertandingan dua negara serumpun ini akan berjalan sengit dan panas, Sabtu (1/12/2012) lusa.
Laga terakhir di Grup B ini juga punya nilai hidup-mati buat kedua tim. Malaysia wajib menang untuk bisa lolos ke semifinal, sementara Indonesia cukup main imbang untuk mengamankan tiket empat besar. Dengan beberapa kondisi berupa selisih gol, kekalahan malah bisa tetap meloloskan tim besutan Nil Maizar.
Tapi imbang, apalagi kalah, jelas bukan pilihan. Ini adalah pertandingan penuh gengsi. Kemenangan perlu didapat untuk memastikan kelolosan. Tiga poin harus diraih untuk membalas apa yang terjadi di Bukit Jalil dua tahun lalu.
0 Response to "Saatnya Balas Malaysia di Kandang Mereka "
Post a Comment