pangkalan bun - Banyaknya kuman super yang bermunculan dan tidak mempan diobati jadi tantangan sendiri bagi para ilmuwan untuk mencari antibiotika baru. Para ilmuwan di China juga melakukannya dan berhasil. Sayangnya, bahannya ada di darah panda.
Ya, binatang lucu khas Negeri Tirai Bambu tersebut terancam bakal diburu jika darahnya jadi dibuat antibiotika. Padahal seperti diketahui, kemampuan panda khususnya panda raksasa yang darahnya mengandung antibiotika ini cukup rendah sehingga rentan punah.
Untungnya para ilmuwan dari Nanjing Agricultural University memastikan tidak akan menggunakan darah panda raksasa sebagai bahan antibiotik. Tim peneliti yang dipimpin Dr Xiuwen Yan telah menemukan cara untuk mendapatkan senyawa yang sama secara artifisial di laboratorium.
Panda raksasa telah menginspirasi pengembangan antibiotika baru karena darahnya mengandung senyawa yang bisa mematikan mikroorganisme. Senyawa yang dinamakan cathelicidin-AM tersebut diperoleh ketika para ilmuwan menganalisis DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) darah panda.
Hasil riset menunjukkan, senyawa tersebut melindungi beruang lucu pemakan bambu muda ini dari berbagai infeksi saat hidup di alam liar. Begitupun saat diuji di laboratorium, ekstrak darah panda bisa membunuh mikroba dalam 1,5 jam sementara antibiotika bisa butuh 6 jam untuk melakukannya.
"Di bawah tekanan makin meningkatnya mikroorganisme yang kebal obat, ada kebutuhan mendesak untuk mengembangkan jenis antibikroba yang baru," kata Dr Yan seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (2/1/2013).
Populasi panda di China terus mengalami penurunan seiring makin berkurangnya habitat asli beruang berwarna hitam putih ini. Hutan bambu yang menjadi rumah bagi para panda banyak dirusak karena bambu muda banyak dikonsumsi sebagai makanan dan yang tua jadi bahan bangunan.
Kemampuan panda untuk berkembang biak secara alami di alam liar juga sangat rendah karena panda betina hanya mengalami masa subur setahun sekali. Upaya penangkaran di Edinburgh Zoo juga sulit dilakukan, sebab ketika ditangkap maka panda betina jadi semakin sulit untuk beranak.
Ya, binatang lucu khas Negeri Tirai Bambu tersebut terancam bakal diburu jika darahnya jadi dibuat antibiotika. Padahal seperti diketahui, kemampuan panda khususnya panda raksasa yang darahnya mengandung antibiotika ini cukup rendah sehingga rentan punah.
Untungnya para ilmuwan dari Nanjing Agricultural University memastikan tidak akan menggunakan darah panda raksasa sebagai bahan antibiotik. Tim peneliti yang dipimpin Dr Xiuwen Yan telah menemukan cara untuk mendapatkan senyawa yang sama secara artifisial di laboratorium.
Panda raksasa telah menginspirasi pengembangan antibiotika baru karena darahnya mengandung senyawa yang bisa mematikan mikroorganisme. Senyawa yang dinamakan cathelicidin-AM tersebut diperoleh ketika para ilmuwan menganalisis DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) darah panda.
Hasil riset menunjukkan, senyawa tersebut melindungi beruang lucu pemakan bambu muda ini dari berbagai infeksi saat hidup di alam liar. Begitupun saat diuji di laboratorium, ekstrak darah panda bisa membunuh mikroba dalam 1,5 jam sementara antibiotika bisa butuh 6 jam untuk melakukannya.
"Di bawah tekanan makin meningkatnya mikroorganisme yang kebal obat, ada kebutuhan mendesak untuk mengembangkan jenis antibikroba yang baru," kata Dr Yan seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (2/1/2013).
Populasi panda di China terus mengalami penurunan seiring makin berkurangnya habitat asli beruang berwarna hitam putih ini. Hutan bambu yang menjadi rumah bagi para panda banyak dirusak karena bambu muda banyak dikonsumsi sebagai makanan dan yang tua jadi bahan bangunan.
Kemampuan panda untuk berkembang biak secara alami di alam liar juga sangat rendah karena panda betina hanya mengalami masa subur setahun sekali. Upaya penangkaran di Edinburgh Zoo juga sulit dilakukan, sebab ketika ditangkap maka panda betina jadi semakin sulit untuk beranak.
0 Response to "Darah Panda Bakal Jadi Bahan Antibiotik?"
Post a Comment