Pangkalan Bun - Persaingan bisnis di dunia kerja yang semakin ketat membuat tingginya target yang mesti dicapai oleh perusahaan. Alhasil, dampak ini berimbas pada karyawan yang dituntut bekerja melebihi batas jam kerja dari biasanya alias kerja lembur.
Ketika karyawan telah menghabiskan waktunya seharian di kantor semua pekerjaan pasti teratasi. Akan tetapi ada urusan lain yang tidak bisa teratasi yaitu jam tidur menjadi tidak normal dan kerap kali mengalami gangguan tidur seperti insomnia. Sebab normalnya orang membutuhkan jam tidur sekitar 6-8 jam seharinya.
"Benar sering lembur bikin insomnia. Ini disebabkan karena irama di dalam tubuh berubah," kata Dr dr Astrid W Sulistomo, MPH, SpOk, spesialis kesehatan dan keselamatan kerja Universitas Indonesia kepada detikHealth, seperti ditulis Rabu (27/3/2013)
Di tengah kondisi persaingan yang kompetitif, tak sedikit juga perusahaan yang memberlakukan jam kerja untuk karyawannya secara bergantian dengan sistem shift. Hati-hati jika Anda mendapat jatah shift pada malam hari, karena dengan rotasi kerja seperti ini bisa menimbulkan risiko terkena serangan jantung dan kanker.
"Bisa (berisiko jantung dan kanker), karena irama di dalam tubuh yang terganggu tadi. Irama dalam tubuh berubah, metabolisme juga akan berubah," ujar Dr Astrid.
Seperti diketahui, proses tidur di malam hari dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya matahari yang hilang di saat matahari terbenam selaras dengan meningkatnya hormon tidur yaitu melatonin di dalam tubuh yang menginduksi tidur. Kondisi ini yang akan mengantarkan seseorang memasuki tidurnya di malam hari.
Dokter yang pernah melanjutkan studi di University of Michigan Ann Arbor (USA) dan meraih gelar Master of Public Health in Occupational Medicine ini menjelaskan bahwa pola tidur yang benar sebaiknya dilakukan pada malam hari karena gelap dan sunyi, sehingga tubuh dapat beristirahat dengan baik.
Namun kenyataannya, kondisi ini tidak berhasil menjadi pola yang baik bagi pekerja lembur dan shift malam. Pastinya tubuh akan memberikan sinyal untuk memerlukan waktu beristirahat. Sebab, jika hal ini dilakukan secara terus-menerus maka risiko jantung akan mengintai.
"Kalau siang harus tidur itu selain ada cahaya yang cukup terang, juga lebih ramai ini akan mengganggu dan dapat berakibat pada tekanan darah dan berefek pada jantung," sambung Dr dr Astrid W Sulistomo, MPH, SpOk.
Jika mengikuti jam biologis tubuh manusia, selamanya performa kerja manusia tak akan optimal bila bekerja pada malam hari. Waktu yang ideal bagi pekerja shift adalah 2 hari malam, 2 hari pagi, dan 2 hari siang.
"Idealnya untuk shift malam selang 2 hari. 2 hari shift malam, 2 hari pagi, 2 hari siang misalnya. Jangan sampai seminggu, karena dengan begitu tubuh sudah beradaptasi sehingga akan kaget ketika harus berganti shift," kata Dr Astrid.
Ketika karyawan telah menghabiskan waktunya seharian di kantor semua pekerjaan pasti teratasi. Akan tetapi ada urusan lain yang tidak bisa teratasi yaitu jam tidur menjadi tidak normal dan kerap kali mengalami gangguan tidur seperti insomnia. Sebab normalnya orang membutuhkan jam tidur sekitar 6-8 jam seharinya.
"Benar sering lembur bikin insomnia. Ini disebabkan karena irama di dalam tubuh berubah," kata Dr dr Astrid W Sulistomo, MPH, SpOk, spesialis kesehatan dan keselamatan kerja Universitas Indonesia kepada detikHealth, seperti ditulis Rabu (27/3/2013)
Di tengah kondisi persaingan yang kompetitif, tak sedikit juga perusahaan yang memberlakukan jam kerja untuk karyawannya secara bergantian dengan sistem shift. Hati-hati jika Anda mendapat jatah shift pada malam hari, karena dengan rotasi kerja seperti ini bisa menimbulkan risiko terkena serangan jantung dan kanker.
"Bisa (berisiko jantung dan kanker), karena irama di dalam tubuh yang terganggu tadi. Irama dalam tubuh berubah, metabolisme juga akan berubah," ujar Dr Astrid.
Seperti diketahui, proses tidur di malam hari dipengaruhi oleh cahaya. Cahaya matahari yang hilang di saat matahari terbenam selaras dengan meningkatnya hormon tidur yaitu melatonin di dalam tubuh yang menginduksi tidur. Kondisi ini yang akan mengantarkan seseorang memasuki tidurnya di malam hari.
Dokter yang pernah melanjutkan studi di University of Michigan Ann Arbor (USA) dan meraih gelar Master of Public Health in Occupational Medicine ini menjelaskan bahwa pola tidur yang benar sebaiknya dilakukan pada malam hari karena gelap dan sunyi, sehingga tubuh dapat beristirahat dengan baik.
Namun kenyataannya, kondisi ini tidak berhasil menjadi pola yang baik bagi pekerja lembur dan shift malam. Pastinya tubuh akan memberikan sinyal untuk memerlukan waktu beristirahat. Sebab, jika hal ini dilakukan secara terus-menerus maka risiko jantung akan mengintai.
"Kalau siang harus tidur itu selain ada cahaya yang cukup terang, juga lebih ramai ini akan mengganggu dan dapat berakibat pada tekanan darah dan berefek pada jantung," sambung Dr dr Astrid W Sulistomo, MPH, SpOk.
Jika mengikuti jam biologis tubuh manusia, selamanya performa kerja manusia tak akan optimal bila bekerja pada malam hari. Waktu yang ideal bagi pekerja shift adalah 2 hari malam, 2 hari pagi, dan 2 hari siang.
"Idealnya untuk shift malam selang 2 hari. 2 hari shift malam, 2 hari pagi, 2 hari siang misalnya. Jangan sampai seminggu, karena dengan begitu tubuh sudah beradaptasi sehingga akan kaget ketika harus berganti shift," kata Dr Astrid.
0 Response to "Risiko Sering Kerja Lembur dan Shift Malam"
Post a Comment